Panasnya kota besar

Pemerintah memperbolehkan bahkan menyarankan warga negaranya membeli kendaraan tetapi setelah membeli kendaraan mereka dilarang mengendarainya. Banyaknya merek kendaraan bermotor yang masuk ke tanah air mewarnai persaingan bisnis dalam penjualan kendaraan, tidak heran jika berbagai macam merek dan jenis kendaraan saling berpacu di jalan raya, mulai dari kendaraan yang harganya terjangkau sampai dengan kendaraan yang sangat mahal. Bisa dikata indonesia ini sebagai tempat sampahnya negara-negara maju. Para produsen mobil di negara maju mengirimkan berbagai produknya kedalam negeri dan menjualnya kepada kita, yang mereka tau hanya mengirimkannya terus dengan iming-iming teknologi terbaru bahkan dengan harga yang murah untuk menarik simpati para konsumen yang sebagian besar konsumen di negeri ini memiliki sifat konsumsi yang besar. Akhirnya kendaraan menumpuk di negara ini. Kendaraan yang masuk kedalam negeri memberikan keuntungan bagi pemerintah yakni meningkatnya jumlah pajak kendaraan selain itu juga adanya pemasukan pajak daerah seperti iuran parkir, tetapi hal itu tidak sebanding dengan kesengsaraan yang dialami, masalah kemacetan di kota-kota besar bahkan sampai pada yang namanya krisis energi dan krisis ekonomi yang mengharuskan pemerintah mengeluarkan subsidi untuk setiap bahan bakar yang digunakan. Seharusnya bahan bakar untuk pengguna mobil pribadi tidak perlu disubsidi dan diharuskan menggunakan bahan bakar pertamax, karena rata-rata pemilik mobil adalah orang-orang yang memiliki standar ekonomi yang lebih baik.

Bicara masalah kemacetan di kota-kota besar seperti di ibukota merupakan masalah yang sangat merepotkan, berbagai macam cara digunakan oleh pemerintah daerah untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan mengarahkan masyarakat untuk beralih pada kendaraan umum, mulai dari pembangunan bis trans jakarta hingga pembuatan monorel diharapkan dapat mengurangi jumlah kemacetan tidak sampai situ pemerintah daerah akan memberlakukan tarif setiap kendaraan yang memasuki jalanan-jalanan protokol. Banyaknya jumlah kendaraan adalah salah satu faktor peyebab kemacetan, masih banyak faktor-faktor lain yang membuat macet seperti penjual kaki lima, kurangnya lahan parkir, kurangnya kesadaran masyarakat terhadap peraturan dan faktor lainnya.
Intersection, Seoul | Photograph by Sungjin Kim
photography.nationalgeographic.com

Akar utama dari kemacetan
Solusi kemacetan yang di lakuan oleh pemerintah belumlah tepat pada sasaran karena kemacetan itu adalah cabang dari masalah pokok yakni meningkatnya jumlah penduduk disuatu daerah. Fakta yang mengatakan bahwa jumlah penduduk di kota besar selalu meningkat setiap tahunnya. Mulai dari jumlah tingkat kelahiran yang tinggi tapi faktor yang terbesar adalah karena meningkatnya jumlah urbanisasi, tidak heran jika kepadatan jumlah penduduk di kota bisa dikatakan sangat tinggi. Kota selalu berbinar-binar dimata masyarakat desa, keindahan kota selalu memberikan daya tarik tersendiri, seperti “efek laron”. laron selalu mencari dan mendekati suatu cahaya ketika kita bakarkan lilin, laron akan mendekati api hingga tidak disangka panas api akan membakar tubuh laron tersebut, seperti kenyataan yang tidak seindah dengan harapan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pencuri

Pengejaran

Banyak Orang Pintar Tapi Kurang Orang Jujur